PEMBUATAN BIOAKTIVATOR ISI RUMEN UNTUK PEMANFAATAN BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN
PEMBUATAN
BIOAKTIVATOR ISI RUMEN UNTUK PEMANFAATAN BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Secara alami, kotoran ternak akan mengalami
dekomposisi sehingga menjadi pupuk kandang yang siap pakai. Namun, proses ini
berjalan sangat lama, berkisar antara 4 sampai dengan 6 bulan waktu yang
dibutuhkan untuk prosesnya. Untuk
mempercepat proses pengomposan, bisa dilakukan dengan pembuatan
bioaktivator. Mikroba yang terdapat dalam bioaktivator akan membantu
menguraikan ikatan-ikatan kimia kompleks menjadi sederhana.
Kesulitan mendapatkan pupuk saat musim tanam membuat
petani berfikir keras untuk menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk kimia,
kondisi ini memacu para ahli untuk membuat terobosan dengan menjaga kesuburan
tanah, memperbaiki struktur tanah, memperkaya bahan makanan dalam tanah, dan
menetralisir kimia atau racun dalam tanah.
Pemanfaatan pupuk kandang juga dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia hingga 50% untuk satu hektar lahan pertanian. Merupakan suatu organisme tanah yang berukuran lebih dari 10 mm (makrobia), fermentasi dari beberapa mikrobia (organisme tanah ukuran kurang dari 0,2 mm), actinomycetes, jamur fermentasi, lactobacillus/bakteri asam laktat, bakteri fotosintetik serta ragi (Verstraete, 1980 dalam Madjid, 2017), untuk proses perubahan kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme (fermentasi) (Suprihatin, 2010), semua bahan yang berasal dari makhluk hidup (bahan organik) menjadi unsur-unsur organik yang merupakan penyusun bahan organik, untuk meningkatkan kesuburan tanah dan reproduksi tanah, bagi tanaman perkebunan, tanaman padi, tanaman palawija dan tanaman-tanaman hortikultura lainnya.
Pemanfaatan bioaktivator pada bidang peternakan sering
digunakan untuk pencampuran pakan/minuman pada ternak, fermentasi jerami untuk
pakan ternak ruminansia, fumigasi/proses
pensucihamaan kandang pada ternak unggas, serta pengolahan limbah ternak
ruminansia maupun non ruminansia.
Bioaktivator merupakan limbah yang berasal dari campuran dedaunan kering dan tanah serta mengandung mikroorganisme. Dengan teknologi fermentasi menggunakan
bahan-bahan lokal akan diperoleh mikroorganisme spesifik non patogen yang tahan akan suasana anaerob sedangkan mikroorganisme patogen yang tidak tahan suasana aerob akan mati.
Saat ini bioaktivator diproduksi melalui industri untuk mempercepat proses penguraian untuk pembuatan kompos, pupuk cair dan bokashi yang merupakan salah satu jenis pupuk yang dapat menggantikan kehadiran pupuk kimia buatan untuk meningkatkan kesuburan tanah sekaligus memperbaiki kerusakan sifat-sifat tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan (Tufaila et al, 2014) bokashi
Bioaktivator
disebut juga dengan Efektif Mikroorganisme 4 (EM4). Mikroorganisme
efektif 4 (EM4) adalah suatu kultur campuran berbagai mikroorganisme (terutama
bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, actinomycetes dan jamur peragian) yang dapat
digunakan sebagai inokulan untuk
meningkatkan keragaman mikroba tanah, sehingga diharapkan dapat memperbaiki
kesehatan dan kwalitas tanah. Penggunaan ini akan mampu meningkatkan produksi
dan pertumbuhan tanaman (Yuwono, D., 2008),
Bioaktivator adalah bahan yang dapat dimanfaatkan
antara lain dalam pembuatan pupuk organik, pembuatan hormon alami, pembuatan
biogas, dan lain sebagainya, Anonim, (2009),. Bioaktivator bukanlah pupuk,
melainkan bahan yang mengandung mikroorganisme efektif yang secara aktif dapat
membantu :
- Mendekomposisi dan memfermentasi sampah organik
limbah ternak
- Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman
dalam tanah
- Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis
tanaman
- Menyediakan nutrisi bagi tanaman serta membantu
proses penyerapan dan penyaluran unsur hara dari akar ke daun
- Meningkatkan kualitas bahan organik sebagai
pupuk
- Memperbaiki kualitas tanah
- Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman
- Menghasilkan energi, misalnya pada proses
pembuatan biogas
Mikroorganisme yang terdapat dalam bioaktivator secara
genetik bersifat asli alami dan bukan rekayasa. Mikroorganisme efektif yang
terkandung dalam bioaktivator meliputi antara lain bakteri asam laktat (lactobacillus),
bakteri penghancur (decomposer), yeast
atau ragi, spora jamur, bakteri fotosintetik, serta bakteri menguntungkan yang
lain (bakteri penambat N, pelarut fosfat dan lain-lain) (Isroi, M., 2008),
Bioaktivator dapat dibuat sendiri dengan mudah dari bahan-bahan yang mudah didapat dan murah, karena dapat memanfaatkan berbagai sampah atau limbah organik salah satunya dengan menggunakan isi rumen sapi
Salah satu limbah
peternakan yang memiliki kelebihan dan nilai keuntungan apabila dilakukan
pengolahan adalah Isi Rumen Sapi (IRS). Isi Rumen Sapi dapat ditemukan pada
usaha Rumah Potong Hewan (RPH). Limbah tersebut biasanya langsung dibuang tanpa
dilakukan pengolahan. Isi Rumen Sapi (IRS) adalah pakan yang belum dicerna
secara sempurna pada lambung pertama ternak sapi, mengandung saliva, mikroba
anaerob, selulosa, hemiselulosa, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan
vitamin (Koestotono, 2002),
atau bahan pakan yang tercerna dan tidak tercerna yang belum sempat diserap
oleh usus serta masih tercampur dengan getah lambung, enzim-enzim pencernaan
dan mikroba rumen (Bidura, 2007).
Isi rumen sapi juga
sangat bermanfaat pada proses pembuatan pupuk kompos. Hal ini dikarenakan,
pemberian isi rumen sapi pada saat pengomposan mempengaruhi sifat fisik dari
kompos yaitu suhu, kelembaban, dan tekstur kompos (Hidayati dan Agustina,
2019). Proses pengomposan dapat dipercepat dengan penambahan bioaktivator
atau dekomposer berupa isi rumen sapi.
Bioaktivator dapat diproduksi secara tradisional
dengan pemanfaatan limbah ternak yaitu isi rumen, (Indriani, Y.H., 2011). Bioaktivator
starter isi rumen merupakan limbah
ternak ruminansia yang mengandung mikroorganisme, protein dan vitamin,
komposisi zat yang terkandung dalam isi rumen sapi yaitu terdiri dari PK 6,8%,
EM 1127 Kkal/kg, Ca 0,21%, P 0,79% dan abu 13,5%, (Nengsih, 2002). Dengan kandungan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai biokomposer atau dapat dimanfaatkan sebagai bioaktivator dengan
teknologi fermentasi menggunakan bahan lokal sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan untuk membuat kompos, bokasi
dan pupuk cair (Anonim, 2009),
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam pembuatan bioaktivator ini adalah ember,
saringan, baki, kertas lakmus, corong, thermometer dan jerigen, sedangkan bahan
yang digunakan adalah isi rumen sapi yang sudah diangin-anginkan sebanyak 1 kg,
tepung beras 1,5 kg, air gula 3 liter dan air secukupnya
Prosedur pembuatan bioaktivator
adalah sebagai berikut:
1. Siapkan
semua bahan yang akan dicampur/diaduk dalam baki
2. Tuangkan isi
rumen sapi, tepung beras, air gula dan air secukupnya kedalam baki yang telah
disiapkan
3. Aduk hingga
rata semua bahan yang telah dicampurkan dalam baki hingga tercampur rata secara
homogen sambil diremas-remas
4. Setelah
diaduk rata kemudian bahan tersebut disaring dan dimasukkan dalan jerigen dan
ditutup rapat
5. Bahan yang
telah disaring dalam jerigan tersebut dibiarkan/diperam hingga 14-21 hari
kedepan
6. Hasil dapat
dilihat setelah 21 hari pengeraman dan dicek secara fisik untuk mengetahui pH,
bau dan warna
7. Bahan siap
dimanfaatkan/digunakan sesuai dengan kebutuhan
Dari hasil pengamatan secara
langsung yang dilaksanakan oleh penulis setelah selesai pembuatan bioaktivator
dapat disimpulkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 1.
Hasil Pengukuran Setelah Dilakukan Proses Pembuatan Bioaktivator, 2015
Nama Bahan |
Pengamatan Secara Fisik |
|||
Warna |
Bau |
pH |
Suhu |
|
Bioaktivator
dari Isi Rumen sebelum difermentasi |
Coklat |
Jerami isi Rumen |
6 |
30 oC |
Sumber:
Hasil Pengamatan Langsung Penulis, 2015
Dokumentasi Pembuatan Bioaktivator
Isi Rumen sapi yang dilaksanakan oleh penulis dengan mahasiswa Program Studi
Teknologi Produksi Ternak Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong pada Hari
Sabtu 16 Mei 2015:
Kesimpulan dari pembuatan bioaktivator ini adalah, dapat
dibuat dengan mudah oleh semua kalangan dan mengandung banyak manfaat dalam
dunia pertanian dan peternakan secara umum, dan disarankan dalam proses
pembuatan yang dilanjutkan dengan proses fermentasi/pengendapan diharapkan
ketika dimasukkan kedalam jerigen untuk tidak dipenuhkan/diberi jarak sehingga
proses penguapannya tidak terlalu membahayakan bioaktovator di dalam jerigen
dan juga ketika membukanya nanti tidak begitu mengeluarkan gas yang kuat.
Sumber
Referensi:
1.
Anonim, (2009), Bioaktivator Stardec:
http://lembahpinus.wordpress.com /2009/09/09/stardec/ diakses 28 Januari 2014.
2.
Bidura, I.G.N.G.
2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. Penerbit Udayana
University Press. Denpasar.
3.
Djuarnani, N., dkk., (2005), Cara Cepat Membuat
Kompos, Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
4.
Hidayati N. & D.K. Agustina.
2019. Kualitas Fisik Kompos dengan Pemberian Isi Rumen Sapi dan
Aplikasinya pada Perkecambahan Jagung. Jurnal Peternakan Indonesia 21(2):76-84.
5.
Indriani, Y.H., (2011), Membuat Kompos Secara
Kilat, Penerbit Penebar Swadaya.
6.
Isroi, M., (2008), Makalah “Kompos”, Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.
7.
Koestotono, Soepranianondo. 2002. Teknologi
Manipulasi Iri Rumen Sapi Menjadi Pakan Ternak Untuk Meningkatkan Produktivitas
dan Kualitas Kambing Peranakan Etawa. Program Pasca Sarjana. Universitas
Arilangga. Surabaya.
8.
Madjid, Abdul., 2017. Organisme Tanah (Bagian II) http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2007/11/organisme-tanah-bagian-ii.html. diakses 8 April
2022.
9.
Nengsih, (2002). Penggunaan EM4 dan GT 1000-WTA
dalam Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Padat dari Isi Rumen Limbah Rumah Potong
Hewan. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
10. Suprihatin.
2010. Teknologi Fermentasi. Surabaya: UNESA Pres.
11. Tufaila
M, Yusrina, Alam S. 2014. Pengaruh Pupuk Bokashi Kotoran Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah pada Ultisol Puosu Jaya Kecamatan Konda,
Konawe Selatan. Jurnal Agroteknos. 4(1) : 18-25.
12. Yuwono, D.,
(2008), Kompos, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Penulis : Ir. Tri Putra Syawali, S.Pt., IPM
Komentar
Posting Komentar