Laporan Praktikum Nekropsi Ayam Tri Putra Syawali, S. Pt
LAPORAN PRAKTIKUM
KESEHATAN TERNAK
NEKROPSI AYAM
Oleh,
TRI PUTRA SYAWALI, S. Pt
Dosen,
Drh. MARLIN R. K. YOWI, MP
PROGRAN STUDI PRODUKSI
TERNAK
PROGRAN PENDIDIKAN CALON
PENDIDIK AKADEMI KOMUNITAS
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2013
BAB. I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bedah
bangkai atau nekropsi adalah tehnik
lanjutan dari diagnosa klinik untuk mengukuhkan atau meyakinkanhasil diagnosa
klinik. Pada prinsipnya, bedah bangkai adalah mengeluarkan organ-organ yang
dihinggapi virus tertentu. Bedah bangkai hendaknya dilakukan secepat mungkin setelah
hewan mati. Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebaiknya bedah bangkai
dilakukan tidak lebih dari 6 jam setelah hewan mati. Hewan yang gemuk atau
tertutup bulu lebih cepat. Bila pelaksanaan bedah bangkai akan ditunda, bangkai
dapat disimpan pada refrigerator agar tidak membusuk. Bedah bangkai dapat
dilakukan pada ayam hidup atau pada ayam mati. Jika menggunakan ayam hidup,
maka ayam harus dibunuh dahulu, cara membunuh atau etanasi ayam ada beberapa
cara antara lain mematahkan tulang leher antara tulang atlas dan tulang
cervikalis, emboli udara ke dalam jantung, bordizo forc3eps, dan disembelih
seperti pada umumnya.
B.
Tujuan
Praktikum
bedah bangkai ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan
patologis anatomi pada organ-organ yang terserang penyakit.
BAB. II
ALAT DAN BAHAN
Hal-hal
yang perlu kita persiapkan untuk melakukan nekropsi pada unggas yaitu:
A. Persiapan
Alat:
1. Pisau
2. Gunting
(Gunting Runcing, Gunting Tumpul dan Gunting Tulang)
3. Pinset
dan Skalpel
4. Spoit
untuk mengambil darah (khususnya untuk pemeriksaan darah ayam)
5. Kantong
Plastik untuk Membungkus Organ Spesimen
6. Desinfektan
seperti Lisol atau PK untuk membasahi Ternak Ayamnya
7. Sabun
8. Wadah
Spesimen seperti Pot yang ada Bahan Pengawet Formalin 10%
9. Kertas
Label untuk memberi tanda pada masing-masing Spesimen Pot
10. Ember
B. Persiapan
Bahan:
1. Hewan
yang diduga sakit contoh ayam ras petelur dengan ciri beberapa minggu tidak
bertelur atau berproduksi
2. Air
BAB. III
TINJAUAN PUSTAKA
Akoso
(1993) menyatakan bahwa pada prinsipnya, bedah bangkai mengeluarkan organ-organ
yang dihinggapi virus tertentu. Pada bedah bangkai, jika menggunakan ayam mati
(bangkai ayam) sebaiknya tidak menggunakan ayam yang mati lebih dari 6 jam,
karena pada ayam tersebut terdapat mikroorganisme yang mendeposisi tubuh dan
ada proses autolisis yaitu penghancuran sendiri organ-organ tubuh dan terjadi
perubahan patologi anatomi.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian supaya
hasil pemeriksaan menjadi akurat, antara lain jenis penyakit, kondisi pasien,
umur bangkai, jumlah sampel, dan tempaat pelaksanaan. Selain itu, penilaian bedah
bangkai berdasarkan perubahan-perubahan pada organ atau jaringan yang
diperiksa, yaitu ukuran organ pada ayam penderita, warna pada organ yang
diperiksa, tepi organ, bidang sayatan, dan konsistensi.
Prosedur
yang harus dilaksanakan bila akan melakukan bedah bangkai ada 3 yaitu : 1.
Melakukan anamnesisi selengkapnya, unuk memperoleh gambaran perjalanan penyakit
2. Melakukan pemeriksaan klinis, untuk mendapatkan gambaran penyakit yang lebih
objektif 3. Mempersiapakan sampel-sampel
untuk pemeriksaan lebih lanjut, jika hasil pemeriksaan belum meyakinkan.
(Bambang A,M, 1992).
Ukuran
organ pada ayam penderita, jika membesar disebut hipertropi, jika mengecil
disebut atropi, dan jika tumbuh ganda disebut hyperplasia. Sedangkan apabila
berwarna kemerahan menunjukan adanya pendarahan, organ berwarna pucat
menunjukan kurangnya nutrisi, warna kebiruan menujukan kurangnya suplai
oksigen, keracunan jaringan. Tepi organ yang tumpul menunjukan organ telah membesar
dari ukuran normal. Bidang sayatan berlemak berminyak menunjukan adanya
akumulasi lemak dalam jaringan, berair menunjukkan adanya akumulasi
air dalam jarigan, dan campuran keduanya menunjukan adanya gangguan organik oleh metabolisme penyakit.
Konsistensi yang keras/rapuh menujukan adanya nekrosis/kematian jaringan pada organ dan
pada konsistensi lunak organ telah terakumulasi dengan eksudat (Yuwono, 2000).
BAB. IV
CARA KERJA
Langkah-langkah
Kerja:
1. Bulu
ayam dibasahi dengan air atau Desinfektan
2. Latakkan
unggas dengan posisi punggung dibawah
3. Iris
pada bagian selangkang paha dan patahkan
4. Periksa
persendian terhadap adanya peradangan
5. Selanjutnya
kulit dipotong dan dikuakkan dengan tangan kesamping kanan dan kiri dari
pangkal paha, bagian dada, tembolok, leher sampai ke dagu
6. Lemak,
otot dan tulang iga dipotong dan diangkat sehingga alat dalam tubuh trakea
terbuka
7. Amati
atau periksa bagian jantung, hati, empedu, duodenum, pangkreas dan usus buntu
8. Bagian
akhir usus dipotong pada pertautan dengan kloaka
9. Bursal
Fabrisius dipisahkan
10. Seluruh
saluran pencernaan diangkat
11. Amati
terhadap ada atau tidak adanya parasit atau radang pada mukosa usus
12. Proventrikulus
dibuka untuk memeriksa kemungkinan terhadap penyakit ND dan Cacingan
13. Bursal
Fabrisius diperiksa untuk kemungkinan adanya penyakit Gumboro dan Leukosis
14. Hati
diperiksa (warna, konsistensi dan ukuran)
15. Ginjal
dan Ureter diperiksa terhadap adanya peradangan
16. Indung
telur dan testis diperiksa; indung telur diperiksa terhadap perubahan abnormal
17. Pemeriksaan
terhadap organ pernapasan (paru-paru dan kantung hawa) terhadap penyakit CRD
dan Aspergilosis
18. Saraf
istiatik (pada paha)
19. Pemeriksaan
bagian trakea (ada tidaknya peradangan)
20. Pemeriksaan
indung telur
BAB. V
HASIL
Dari praktikum yang dilaksanakan tidak terdapat adanya
penyakit atau virus yang menyerang ayam, ini mungkin dikarenakan ayam yang
digunakan sebagai sampel dalam bedah bangkai tersebut adalah ayam yang sehat.
dapusnya mana?????
BalasHapusSengaja tidak dimasukkan
HapusMntaf (y)
BalasHapusOk, smoga bermanfaat
Hapusterimakasih
BalasHapus